DISKUSI KEBIJAKAN AKADEMIK : FAI UNDANG DIRJEN PENDIS KEMENAG RI
Bahwa orang yang berilmu, dunia kita adalah cara berpikir kita terhadap dunia. Ketika engkau menyebut bahwa dunia menyapa lembut padamu, dia akan betul menyapa lembut padamu, maka pikiranmu yang sesungguhnya menentukan dirimu dan kekuatan pikiran dalam ilmu. (Dirjen Pendis Kemenag RI, 2024)
Selasa 4 Rajab 1445 H / 16 Januari 2024 – Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan tidak ingin ketinggalan momen istimewa adanya Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T. untuk dapat memberikan penguatan dan peningkatan kapasitas kompetensi dosen terlebih dengan adanya kebijakan akademik yang kian berkembang dan penuh tantangan. Stadium Generale kali ini dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Ahmad Dahlan, Prof. Dr. Muchlas , M.T dan diberikan penguatan oleh Badan Pembina Harian Universitas Ahmad Dahlan Prof. Ahmad Muttaqin, S.Ag., M.Ag., M.A., PhD. Keduanya menyampaikan harapan besar dalam dibukanya program studi baru untuk Pendidikan Doktor Studi Islam yang mampu menaungi Pendidikan Agama Islam, Bahasa dan Sastra Arab, Perbankan Syariah, dan Ilmu Hadist. Tidak hanya itu, Prof Muchlas juga memiliki harapan besar bahwa berkembangnya pendidikan di Indonesia ini, Universitas Ahmad Dahlan terlibat langsung dalam meluluskan mahasiswa yang tidak hanya akademiknya saja tetapi juga memiliki nilai keislaman yang seimbang, agar memiliki daya jual yang lebih daripada lulusan di kampus-kampus besar lainnya.
Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T., dalam memberikan materinya diawali dengan memberikan gambaran bagaimana keharusan seorang pendidik dalam meningkatkan kompetensi diri, sebagai dasar dalam menyelami dunia pendidikan yang sudah sangat berbeda dengan jaman ketika bapak ibu dosen menjadi mahasiswa dahulu. Quotes yang beliau berikan berkaitan erat tentang bagaimana bersikap “sepedih apapun hidup kita, kalau kita punya ilmu dan membayangkan sesuatu hal pada dunia, maka dunia akan menyapa lembut pada kita”. Dalam hal ini pula Bapak Dirjen Ramdhani menyampaikan seseorang yang berilmu mewakili huruf ain, lam, dan mim. Ain sendiri memiliki makna illiyin atau derajat tinggi, Lam memiliki makna latif atau lembut, dan terakhir adalah Mim dengan makna mulku atau raja. Hal ini menjasi penting bahwa seseorang yang berilmu setidaknya menjadi raja untuk dirinya sendiri agar mampu menghalau hawa nafsunya. Jika dikaitkan dengan konteks kekinian, seseorang yang berilmu didefinisikan sebagai orang yang cerdas. Seseorang yang memiliki kecerdasan haruslah saling berimbang, kecerdasan intelektual (mampu melakukan ikhtiar-ikhtiar yang baik), kecerdasan emosional (mempengaruhi kecerdasan intelektual), kecerdasan fisik (al aqlu salim fil Jismi salim / pikiran yang sehat terdapat pada badan yang sehat), dan kecerdasan spiritual (mampu menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat). Melalui inilah, Bapak Ibu dosen diajak untuk berkaca dan menemukan kelemahan dan kelebihan dari masing-masing kecerdasan dalam diri, kembali berbenah, sehingga mampu untuk ditingkatkan kualitas diri dan menjadikan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Menyambung dari harapan Rektor dan BPH UAD terkait dengan pendirian Pendidikan Doktor Studi Islam, Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T. menyambut baik dan support hal tersebut, serta menguatkan bahwa puncak dari semua ilmu adalah agama. Hal tersebut erat kaitannya pula dengan banyaknya yang berkembang hanyalah keberagaman berbagai ilmu untuk ilmu namun ilmu untuk suatu hal yang nyata masih belum untuk diwujudkan, seperti halnya halal industri dimana bertemunya ahli kimia, teknik industri, ahli gizi, dan juga ahli bidang syar’i, sebagai bentuk hilirisasi ilmu pengetahuan. Inilah yang menjadi harapan Dirjen Ramdhani adalah Universitas Ahmad Dahlan mampu menunjukkan konsistensinya dalam pengembangan Al Islam dan Kemuhammadiyahan dalam memberikan penguatan intelektual dan nilai syar’i pada lulusan sehingga menciptakan lulusan yang islami dan berkemajuan.
– still low profile (tawadhu) but high profit”